Hadapi Intoleransi dan Radikalisme Online, Anak Perlu Dibekali Imunitas Digital

5 hours ago 29

loading...

Pengamat media sosial, Enda Nasution menekankan pentingnya peran orang tua sebagai pelindung anak-anaknya dari aspek negatif dunia maya. FOTO/IST

JAKARTA - Terbukanya ruang digital bagi generasi muda untuk bertukar informasi tidak hanya memberikan manfaat, tapi juga menyimpan dampak negatif jika keliru menggunakannya. Misalnya saja, doktrin intoleransi, radikalisme, bahkan terorisme sudah menyebar di berbagai platform media sosial, bahkan games online. Hal ini sangat berbahaya, karena platform yang dipilih menyiratkan bahwa anak-anak dan remaja adalah sasaran empuk bagi jaringan terorisme.

Enda Nasution, pengamat media sosial yang juga dikenal dengan julukan "Bapak Blogger Indonesia", menekankan pentingnya peran orang tua sebagai pelindung anak-anaknya dari aspek negatif dunia maya. Menurutnya, orang tua memiliki peranan penting dalam menjalankan fungsi preventif terhadap sebaran konten yang intoleran dan radikal, yang mungkin saja ditemukan oleh anak ketika mereka berselancar di internet.

"Narasi-narasi dengan muatan intoleransi, radikalisme, dan terorisme dapat direduksi daya rusaknya apabila anak-anak kita sudah dilengkapi atau diberikan imunitas terlebih dulu. Dengan pemahaman kebangsaan dan toleransi yang aplikatif dan dapat dicerna oleh generasi muda, mereka tidak akan terinfeksi dengan narasi-narasi kebencian dan kekerasan," kata Enda di Jakarta, Rabu (8/10/2025).

Dirinya juga menekankan pentingnya orang tua menjalin komunikasi yang baik dengan anak, sehingga orang tua bisa mengawasi bagaimana anak menggunakan gadget-nya. Enda juga mengimbau agar orang tua bisa proaktif dalam mengadukan konten-konten yang bermuatan ujaran kebencian hingga kekerasan, pada kanal resmi Pemerintah demi mengurangi sebaran konten yang serupa.

Saat ini, sebaran propaganda radikalisme dan terorisme tidak hanya memanfaatkan media sosial, namun juga pada online games seperti Roblox dan semacamnya. Hal ini bukanlah tanpa sebab, jaringan radikal teror memang menargetkan anak-anak sebagai audiens utama mereka.

Kecenderungan anak-anak menelan informasi dengan mentah, kemudian diperparah oleh pengawasan orang tua yang minim ketika mereka menggunakan gawai, menjadi "lahan basah" bagi kelompok radikal untuk menyebarkan ideologinya.

Menurut Enda, sebenarnya cara untuk menangkal sebaran konten radikal cukup mudah. Orang tua hanya perlu memfasilitasi dan mendorong anak-anaknya untuk memperbanyak interaksi secara langsung dengan teman-teman mereka di dunia nyata.

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |