loading...
Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 dan 2026. FOTO/iStock Photo
JAKARTA - Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global untuk tahun 2025 dan 2026 menjadi hanya 2,9%. Revisi ini turun dari perkiraan sebelumnya sebesar 3,1% dan 3%, menandakan perlambatan yang dipicu oleh ketegangan perdagangan, kondisi keuangan yang ketat, serta ketidakpastian kebijakan global.
Berdasarkan laporan Economic Outlook terbaru yang dirilis Selasa (3/6), OECD menyoroti kebijakan proteksionisme AS di bawah Presiden Donald Trump menjadi salah satu faktor utama yang menggerus kepercayaan pasar. Lonjakan tarif impor AS hingga 15,4% yang tertinggi sejak 1938telah memicu ketidakstabilan di pasar keuangan dan mengganggu rantai pasok global.
"Prospek ekonomi global semakin suram. Jika ketegangan perdagangan terus berlanjut, dampaknya terhadap pertumbuhan akan semakin dalam," tulis OECD dalam laporannya, seperti dikutip dari AFP, Rabu (4/6).
Baca Juga: Tangis Buruh di RI, 61.000 Orang Tiba-tiba Kena PHK dalam 4 Bulan
OECD merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada 2025 menjadi hanya 1,6%, turun dari 2,2% sebelumnya. Perlambatan ini dipicu oleh kebijakan tarif yang membebani konsumen dan investasi bisnis. Inflasi AS juga diperkirakan melonjak mendekati 4%, jauh di atas target Federal Reserve yang hanya 2%.
Sementara, pertumbuhan ekonomi China diproyeksikan melambat dari 4,8% menjadi 4,7%. Jepang bahkan mengalami penurunan lebih tajam, dari 1,1% menjadi 0,7%, akibat melemahnya ekspor dan konsumsi domestik.
Kawasan Zona Euro masih diperkirakan tumbuh sekitar 1%, meski OECD memperingatkan bahwa eskalasi perang dagang AS-Uni Eropa bisa membahayakan pemulihan ekonomi. Pembicaraan antara negosiator AS dan Uni Eropa di Paris diharapkan dapat meredakan ketegangan, terutama setelah ancaman tarif 50% AS terhadap produk-produk Eropa.