loading...
Pemimpin Senior Hamas Khalil al-Hayya (kiri) dan Utusan AS Steve Witkoff. Foto/ynetnews
WASHINGTON - Utusan Amerika Serikat (AS) untuk misi perdamaian, Steve Witkoff, berencana segera bertemu dengan pejabat senior Hamas dan kepala negosiator Khalil al-Hayya. Kabar itu menurut laporan yang diterbitkan pada hari Jumat (14/11/2025) oleh The New York Times (NYT).
Mengutip "dua orang yang mengetahui rencana Tuan Witkoff," surat kabar tersebut mengatakan Witkoff bermaksud mengadakan pembicaraan langsung dengan al-Hayya, seorang tokoh terkemuka dalam kepemimpinan politik Hamas dan negosiator kunci dalam kerangka gencatan senjata saat ini di Gaza.
Tanggal pasti pertemuan tersebut "masih belum jelas," catat laporan tersebut, dan "ada kemungkinan juga rencana tersebut akan berubah," mengingat sensitivitas perundingan tersebut.
Jika diadakan, pertemuan tersebut akan menandai langkah selanjutnya dalam keterlibatan pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang diam-diam namun berkelanjutan dengan Hamas, meskipun Washington secara resmi menetapkan gerakan tersebut sebagai organisasi teroris asing.
Menurut The New York Times, "Pertemuan antara Witkoff dan al-Hayya akan menggarisbawahi bahwa pemerintahan Trump tertarik mempertahankan jalur komunikasi langsung dengan Hamas, meskipun Amerika Serikat telah menetapkan kelompok tersebut sebagai organisasi teroris asing."
Laporan tersebut menambahkan langkah tersebut "juga akan menunjukkan Witkoff tidak gentar menghadapi kritik dari Israel dan Amerika yang mengatakan keterlibatan AS dengan Hamas memberikan legitimasi yang tidak beralasan kepada kelompok tersebut."
Gencatan Senjata dan Pertukaran Tahanan dalam Agenda
Menurut laporan tersebut, salah satu isu utama yang dibahas adalah gencatan senjata yang rapuh di Gaza dan negosiasi yang sedang berlangsung mengenai tahanan.
"Pada bulan Oktober, Israel dan Hamas menyetujui kesepakatan untuk gencatan senjata di Gaza dan pertukaran sandera Israel dengan tahanan Palestina," papar laporan tersebut, yang mencatat "Kesepakatan tersebut tetap terjalin meskipun terjadi peningkatan kekerasan."
















































