loading...
Kasus kejahatan siber (cyber crime) menimpa Ahmad Qomaruddin, tokoh muda sekaligus Founder Global Youth and Peace Education Movement (GYPEM). Foto/Dok. SindoNews
JAKARTA - Kasus kejahatan siber (cyber crime) dengan modus pencurian identitas dan pengintaian digital (cyber stalking) kembali memakan korban. Kali ini menimpa Ahmad Qomaruddin, tokoh muda sekaligus Founder Global Youth and Peace Education Movement (GYPEM). Akibat hilangnya ponsel pribadinya pada Agustus lalu, Ahmad kini menghadapi serangan bertubi-tubi. Mulai dari peretasan akun media sosial, penyebaran fitnah asusila, hingga pencatutan nama untuk penipuan bernilai miliaran rupiah.
Dalam keterangannya, Ahmad mengungkapkan modus pelaku yang tergolong canggih dan meresahkan. Pelaku memanfaatkan fitur berbagi lokasi (geo-tagging) di Instagram milik Ahmad yang sempat aktif untuk memantau keberadaannya secara real-time. Baca juga: Kerugian Akibat Scamming Tembus Rp7,3 Triliun, OJK Sehari Terima 1.000 Aduan
"Kebetulan saya sedang menempuh studi (kuliah) di Yogyakarta, jadi saya punya rutinitas tempat tinggal (kos) dan hotel transit yang tetap. Pelaku mempelajari pola itu lewat lokasi di Instagram saya," katanya, Selasa (2/12/2025).
Ahmad menjelaskan, pelaku menggunakan data lokasi tersebut untuk membuat skenario percakapan palsu yang sangat meyakinkan. "Pelaku melihat saya sedang di titik A, lalu dia membuat chat palsu seolah-olah saya sedang di titik A. Korban jadi percaya karena lokasinya akurat. Padahal, saya sedang diintai. Ini membuat saya trauma karena privasi saya benar-benar dilanggar," imbuhnya.
Terkait beredarnya tangkapan layar percakapan tidak senonoh yang menyudutkan reputasinya sebagai pendidik, Ahmad memberikan bantahan tegas. Ia menyebut konten tersebut adalah hasil manipulasi konteks (framing).
















































