loading...
Kementerian Agama (Kemenag) menyusun standar mutu khidmah (pengabdian) mahasiswa Ma’had Aly kepada masyarakat. Standar mutu ini dibahas bersama dalam Halaqah Pengembangan Khidmah Takhasusiyah Ma’had Aly.
Acara ini berlangsung tiga hari, 22–24 Agustus 2025 di Serpong, Banten. Hadir, para pemangku kepentingan dari Majelis Masyayikh, AMALI, pimpinan Ma’had Aly, muhadir (dosen), hingga penyusun kerangka mutu dan metode pelaksanaan khidmah sebagai bagian integral dari sistem kurikulum Ma’had Aly.
Sekretarus Majelis Masyayikh, KH. Muhyiddin Khotib, menyampaikan bahwa khidmah merupakan roh Ma’had Aly. Pengabdian kepada masyarakat merupakan pilar utama kurikulum Ma’had Aly, di samping tarbiyah (pendidikan dan pengajaran) dan baḥṡ (karya ilmiah). “Khidmah bukan sekadar aktivitas sosial. Ia adalah jalan spiritual dan epistemik yang menyambungkan antara sanad keilmuan, praktik keberagamaan, dan transformasi sosial. Ilmu itu tidak cukup ditulis—ia harus dihidupkan,” tegas KH Muhyidin di Tangerang, Jumat (22/8/2025).
Baca Juga: 11 Amalan Sebelum Tidur yang Pahalanya Bisa Penghapus Dosa
Dalam konteks Ma’had Aly, kata Muhyidin, khidmah harus dimaknai sebagai pengejawantahan dari ilmu yang dipelajari santri—baik melalui dakwah, karya ilmiah aplikatif, maupun pemberdayaan masyarakat. Menurutnya, khidmah merupakan ruh pendidikan pesantren yang paling membedakan Ma’had Aly dari pendidikan tinggi konvensional.
“Standar mutu Ma’had Aly tidak dapat disamakan dengan kampus umum. Ma’had Aly harus berpijak pada teks, manhaj, sanad, adab, dan keberkahan. Dan semua itu berpuncak pada khidmah yang nyata untuk umat,” ujarnya.
Kasubdit Pendidikan Ma’had Aly, Mahrus, penyusunan standar mutu khidmah ini merupakan bagian dari transformasi sistem pendidikan pesantren agar tetap kontekstual dan adaptif tanpa kehilangan identitas keilmuannya. “Khidmah bukan hanya domain pengabdian sosial biasa. Ia harus hadir sebagai jembatan antara hasil baḥṡ (karya ilmiah) Ma'had Aly dengan kebutuhan masyarakat. Kita tidak ingin ilmu hanya berhenti di rak-rak perpustakaan, tapi harus menjelma menjadi maslahat,” jelas Mahrus.
Ada tiga dimensi utama khidmah. Pertama, khidmah lil-‘Ilmi wa Ahlīhi, yaitu pengabdian berbasis intelektual yang mewajibkan santri untuk menjaga, mengembangkan, dan mengamalkan ilmu secara aktif dan produktif. Kedua, khidmah dakwah (tabligh wa irsyad), yaitu pengabdian dalam bentuk dakwah lisan, tulisan, dan keteladanan sosial. Ketiga, khidmah pemberdayaan (tanmiyah wa islah), yaitu pengabdian berbasis solusi sosial seperti pendidikan, advokasi, hingga pemberdayaan ekonomi komunitas.
Seluruh dimensi ini ditekankan harus diintegrasikan dengan hasil baḥṡ agar ilmu yang dikembangkan benar-benar berdampak pada kehidupan masyarakat
(aww)