BRICS Tolak Pembayaran Dolar AS, 50% Transaksi Gunakan Yuan China

1 month ago 548

loading...

Blok BRICS semakin mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam perdagangan lintas negara anggotanya. FOTO/dok.SindoNews

JAKARTA - Blok BRICS semakin mengurangi ketergantungan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam perdagangan lintas negara anggotanya. Sebuah laporan dari lembaga pemikir independen untuk bank sentral, OMFIF mengungkapkan 50% transaksi perdagangan di antara negara-negara BRICS kini diselesaikan menggunakan yuan China dan mata uang lokal lainnya.

Pergeseran ini mencerminkan kuatnya agenda dedolarisasi yang diusung oleh BRICS, sebuah langkah secara bertahap mengurangi dominasi dolar AS di pasar global. Selain yuan China, berbagai mata uang nasional lainnya juga digunakan untuk memfasilitasi penyelesaian lintas batas, semakin memperkuat tujuan blok ini untuk mengurangi penggunaan mata uang Negeri Paman Sam.

Baca Juga: Indonesia Lanjutkan Aksi Dedolarisasi, Transaksi Mata Uang Lokal Tembus Rp191 Triliun

Dilansir dari Watcher Guru, China menjadi motor utama di balik dorongan penggunaan yuan dalam transaksi antaranggota BRICS. Sebagai contoh, sekitar 80% dari seluruh kesepakatan perdagangan antara China dan Rusia kini diselesaikan menggunakan mata uang nasional mereka, seperti yuan dan rubel.

Tren ini juga terlihat dalam hubungan bilateral lainnya. Rusia dan India telah melakukan pembayaran minyak mentah menggunakan rubel dan rupee. Langkah ini terbukti menguntungkan India, yang berhasil menghemat lebih dari USD7 miliar dalam biaya valuta asing dengan mengesampingkan dolar AS untuk perdagangan minyak dengan Rusia.

Meski demikian, gambaran makroekonomi global menunjukkan perspektif berbeda. Meskipun yuan China mendominasi 50% transaksi infra-BRICS, pangsa yuan dalam total pembayaran global masih relatif kecil hanya sekitar 2%.

Di sisi lain, dolar AS masih memegang kendali penuh dengan mendominasi 88% dari seluruh transaksi dan penyelesaian valuta asing global. Perbedaan yang mencolok ini menunjukkan bahwa yuan China belum berada dalam posisi untuk secara signifikan menantang dominasi dolar AS di pasar keuangan internasional.

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |