loading...
Ustaz Felix Siauw kembali menarik perhatian publik dengan penjelasan mendalamnya mengenai perubahan ajaran Nabi Isa AS yang kini dikenal sebagai agama Kristen.
Dalam episode terbaru kanal YouTube YNTV berjudul "Kenapa Ajaran Nabi Isa AS Berubah Jadi Agama Kristen?", beliau mengungkapkan pandangannya tentang pergeseran ajaran tersebut dari perspektif Islam. Diskusi ini menjadi semakin menarik karena melibatkan Fuadh Naim dan Koiyo Cabe, yang turut memberikan pertanyaan-pertanyaan kritis yang menantang pemahaman konvensional.
Topik ini relevan bagi umat Muslim yang ingin memahami lebih dalam mengenai perbedaan mendasar antara Nabi Isa dalam Islam dan Yesus dalam Kristen, serta bagaimana ajaran tersebut berkembang menjadi agama yang berbeda.
Ajaran Nabi Isa (Yesus) memiliki dampak besar dalam sejarah agama dan peradaban manusia . Salah satu pertanyaan yang sering muncul adalah, apa yang menyebabkan ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa kemudian berkembang menjadi agama Kristen?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan merunut perjalanan sejarah dakwah Nabi Isa dan bagaimana ajarannya diterima serta dikembangkan menjadi agama yang kita kenal saat ini.
Seperti yang kita ketahui, Nabi Isa lahir di Palestina, tepatnya di Betlehem, dan dibesarkan di Nazaret. Sebagai seorang utusan Allah, Nabi Isa berjuang menyampaikan wahyu Allah kepada umat manusia, terutama bangsa Yahudi yang pada saat itu sangat membutuhkan petunjuk hidup.
Namun, tantangan pertama yang dihadapi oleh Nabi Isa datang dari kalangan bangsanya sendiri, yakni orang-orang Yahudi. Para rabi (pemuka agama Yahudi) merasa terancam oleh ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa, yang menentang beberapa ajaran tradisional mereka.
Ajaran Nabi Isa yang menekankan cinta kasih, kesetiaan kepada Tuhan, dan pengampunan dosa ini ternyata tidak diterima dengan baik oleh banyak orang Yahudi. Bahkan, banyak yang meragukan asal usul Nabi Isa, dan ada yang menganggap beliau sebagai anak haram, karena menurut pandangan mereka, ibunya, Maryam, belum menikah saat mengandung beliau. Tantangan dan persekusi terhadap Nabi Isa semakin berat, hingga akhirnya ia dianggap sebagai ancaman bagi tatanan agama dan sosial saat itu.
Proses Dakwah dan Persekusi
Dakwah Nabi Isa menghadapi banyak rintangan, tidak hanya dari orang-orang Yahudi tetapi juga dari pihak pemerintah Romawi yang pada waktu itu menguasai wilayah Palestina. Namun, meskipun perlawanan begitu besar, ajaran Nabi Isa mulai mendapatkan pengikut. Setelah beliau disalibkan menurut keyakinan orang Kristen, para pengikutnya melanjutkan penyebaran ajaran ini, salah satunya adalah Petrus, yang menjadi salah satu tokoh penting dalam penyebaran ajaran Kristus.
Di masa ini, seorang tokoh bernama Saul, yang pada awalnya sangat membenci ajaran Yesus, melakukan perubahan besar setelah mengklaim mengalami pertemuan spiritual dengan Yesus dalam mimpinya. Ia kemudian berubah nama menjadi Paulus dan mulai berdakwah kepada orang-orang non-Yahudi di luar Palestina, seperti di kota-kota Yunani, Efesus, dan Tesalonika. Pendekatan yang dilakukan oleh Paulus sangat fleksibel, memungkinkan orang non-Yahudi untuk masuk dalam ajaran ini tanpa harus mengikuti seluruh hukum Yahudi, seperti kewajiban sunat.
Pembentukan Dasar Ajaran Kristen
Setelah ajaran Nabi Isa berkembang, terjadi perbedaan pandangan antara Petrus dan Paulus mengenai siapa yang berhak menjadi pengikut Yesus. Petrus, yang lebih fokus pada dakwah kepada orang Yahudi, bertentangan dengan Paulus yang lebih terbuka untuk orang-orang non-Yahudi. Perbedaan ini sempat menjadi bahan perdebatan di antara para pengikut Yesus, namun pada akhirnya ajaran yang dibawa oleh Paulus mendapatkan dukungan lebih besar, terutama di kalangan masyarakat non-Yahudi.
Pada abad ke-1, ajaran yang disebarkan oleh Paulus mulai dikenal luas dan mengarah pada pembentukan agama baru yang dikenal sebagai "Kristen". Pengikut-pengikut awal ini, yang sebagian besar berasal dari kalangan non-Yahudi, mulai menyebarkan ajaran ini lebih jauh ke berbagai penjuru dunia, termasuk wilayah Romawi yang besar.
Persekusi Romawi dan Konstantin
Perjalanan ajaran Kristen tidak selalu mulus. Pada abad ke-2 dan ke-3, Kekaisaran Romawi memulai persekusi terhadap orang-orang Kristen. Salah satu kaisar Romawi yang terkenal dengan persekusinya terhadap orang Kristen adalah Kaisar Desius pada tahun 250 Masehi. Persekusi ini bertujuan untuk menghapus ajaran Kristen dan memperkuat agama-agama tradisional Romawi yang menyembah dewa-dewa seperti Zeus dan Apollo. Namun, meskipun dihadapkan pada persekusi yang hebat, ajaran Kristen tetap berkembang, terutama di wilayah-wilayah yang dikuasai Romawi.
Situasi ini mulai berubah pada awal abad ke-4 ketika Kaisar Konstantin naik tahta. Konstantin memiliki peran penting dalam sejarah perkembangan agama Kristen, terutama setelah ia mengklaim memiliki pengalaman spiritual yang mengarahkannya untuk memeluk ajaran Kristen. Pada tahun 312 Masehi, Konstantin memutuskan untuk mengesahkan agama Kristen dan memberikan perlindungan kepada para pengikutnya.
Konsili Nikea dan Perkembangan Kristen sebagai Agama Negara
Salah satu langkah besar yang diambil oleh Konstantin untuk memperkuat posisi agama Kristen adalah dengan mengadakan Konsili Nikea pada tahun 325 M. Konsili ini dihadiri oleh lebih dari 300 pemimpin gereja dan berfungsi untuk menyatukan pandangan tentang doktrin Kristen. Salah satu isu besar yang dibahas adalah mengenai "nature of Jesus" atau hakikat Yesus, apakah ia setara dengan Tuhan atau merupakan makhluk yang berbeda. Hasil dari konsili ini menyatakan bahwa Yesus adalah Tuhan yang satu dengan Allah, yang kemudian dikenal sebagai doktrin Trinitas.
Setelah Konsili Nikea, Konstantin tidak hanya memberikan kebebasan beragama kepada orang Kristen, tetapi juga mulai mendirikan gereja-gereja di bekas kuil-kuil Romawi. Dengan dukungan negara, agama Kristen semakin berkembang dan meluas, tidak hanya di dalam kekaisaran Romawi tetapi juga ke luar wilayah Romawi.
Penyebaran Kristen dan Pengaruh Romawi
Pada masa pemerintahan Konstantin, agama Kristen mulai diterima secara luas dan mulai mengambil alih banyak tempat ibadah yang dulunya diperuntukkan bagi agama-agama pagan. Konstantin juga berperan dalam menyebarkan agama Kristen ke wilayah-wilayah baru, seperti Eropa, yang kelak akan menjadi basis utama penyebaran agama ini.
Pada abad-abad berikutnya, setelah Konstantin, Kristen terus berkembang pesat. Tatanan gereja yang dibentuk oleh Konstantin menjadi lebih terorganisir dan mendapat dukungan penuh dari negara, menjadikan agama Kristen sebagai agama negara di Kekaisaran Romawi. Oleh karena itu, ajaran yang dibawa oleh Nabi Isa, meskipun awalnya hanya diterima oleh sebagian kecil orang Yahudi dan non-Yahudi, akhirnya berkembang menjadi agama besar yang menguasai sebagian besar dunia Barat.
Perpecahan Kristen dan Kelanjutannya
Setelah zaman Konstantin, gereja Kristen mengalami berbagai perubahan besar. Pada abad ke-11, terjadi perpecahan besar dalam tubuh Kristen yang dikenal dengan sebutan Skisma Besar. Gereja Timur, yang berpusat di Konstantinopel, memisahkan diri dari Gereja Barat, yang berpusat di Roma. Perpecahan ini menghasilkan dua aliran besar dalam Kristen, yaitu Katolik Roma dan Ortodoks Timur.
Pada abad ke-16, terjadi perpecahan lebih lanjut dengan munculnya gerakan Reformasi yang dipimpin oleh Martin Luther, yang menentang praktik-praktik tertentu dalam Gereja Katolik. Hal ini mengarah pada pembentukan gereja-gereja Protestan yang kemudian berkembang menjadi salah satu aliran utama dalam agama Kristen hingga saat ini.
Ajaran Nabi Isa dan Perspektif Islam
Dalam pandangan Islam, Nabi Isa dianggap sebagai salah satu nabi besar yang membawa wahyu dari Allah. Meskipun ajaran yang dibawa Nabi Isa sangat dihormati dalam Islam, ada perbedaan mendasar dalam pandangan tentang kedudukan Isa. Dalam Islam, Isa dianggap sebagai utusan Allah dan bukan sebagai Tuhan. Islam juga menolak konsep Trinitas yang berkembang dalam Kristen, di mana Yesus dianggap sebagai bagian dari Tuhan.
Meskipun demikian, ajaran Nabi Isa yang mengedepankan nilai-nilai kasih sayang, keadilan, dan kebaikan tetap dihormati dalam Islam sebagai bagian dari warisan ajaran Allah yang diteruskan melalui nabi-nabi sebelumnya. Oleh karena itu, meskipun ada perbedaan pandangan mengenai status Nabi Isa, ajarannya tetap menjadi bagian penting dalam sejarah agama-agama Abrahamik.
Perjalanan ajaran Nabi Isa dari seorang nabi yang diutus kepada umat Yahudi hingga berkembang menjadi agama Kristen merupakan perjalanan yang penuh tantangan dan persekusi. Namun, berkat perjuangan para pengikutnya dan dukungan yang diperoleh dari Kaisar Konstantin, agama Kristen akhirnya berkembang menjadi salah satu agama terbesar di dunia.
Dalam perspektif Islam, ajaran Nabi Isa tetap dihormati, meskipun ada perbedaan pandangan mengenai kedudukannya. Ajaran Nabi Isa yang menekankan kasih sayang dan keadilan tetap relevan dalam kehidupan umat manusia hingga saat ini.
(wid)