3 Jet Tempur Rafale Ditembak Jatuh Pakistan, Saham Dassault Langsung Jeblok

6 hours ago 27

loading...

Seorang personel Angkatan Udara Prancis berada didekat pesawat tempur Rafale yang terparkir di Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, Senin (12/8/2022). FOTO/SindoNews

JAKARTA - Saham Dassault Aviation anjlok hingga 6% pada Selasa (7/5), menyusul klaim Angkatan Udara Pakistan yang menyatakan telah menembak jatuh tiga jet tempur Rafale milik India di wilayah udara Kashmir. Insiden tersebut memicu kekhawatiran pasar terhadap kinerja tempur pesawat buatan Prancis itu, sekaligus menimbulkan sentimen negatif terhadap masa depan bisnis pertahanan Dassault.

Klaim tersebut pertama kali diumumkan militer Pakistan pada Senin (6/5), yang menyebut penggunaan sistem rudal permukaan ke udara HQ-9B buatan China dan jet tempur J-10C dalam serangan terhadap pesawat India, termasuk tiga unit Rafale. Meskipun Pemerintah India membantah klaim itu, pasar saham bereaksi negatif. Saham Dassault turun dari €327 menjadi €324 hanya dalam satu sesi perdagangan.

Rafale merupakan andalan ekspor pertahanan Dassault. Pada 2024, perusahaan melaporkan penjualan rekor sebesar €6,2 miliar, dengan 90% portofolio pesanan berasal dari pasar luar negeri. Namun, insiden terbaru menimbulkan keraguan terhadap keandalan Rafale dalam pertempuran intensitas tinggi.

"Insiden ini mengikis persepsi atas keunggulan tempur Rafale. Pasar sangat bergantung pada citra, dan satu kegagalan bisa berdampak panjang," ujar analis Morgan Stanley, Loredana Muharremi dikutip dari MarketPulse, Sabtu (10/5).

Baca Juga: India Tak Berdaya! Pakistan Lancarkan Serangan Siber yang Mengakibatkan Pemadaman Listrik Besar-besaran

Di sisi lain, produsen jet tempur J-10C, Chengdu Aircraft Corporation, justru mencatat kenaikan saham sebesar 18%. Kinerja baik jet buatan China itu dianggap sebagai keunggulan dalam persaingan global industri pertahanan.

Penurunan saham Dassault terjadi di tengah tingginya volatilitas pasar. Volume perdagangan melonjak menjadi 58.388 saham pada 7 Mei meningkat dari 57.327 saham tiga hari sebelumnya. Penurunan ini juga kontras dengan tren sebelumnya, di mana saham Dassault sempat naik 51% sejak awal 2025, didukung kinerja keuangan yang solid dan aksi buyback saham pada Maret lalu.

Insiden ini juga berpotensi memengaruhi kontrak-kontrak besar Dassault, termasuk kesepakatan pengadaan 36 Rafale tambahan oleh India senilai USD9,3 miliar. Ketahanan Rafale terhadap rudal modern kini menjadi perhatian dalam dinamika geopolitik kawasan.

Selain tantangan reputasi, Dassault menghadapi kendala produksi. Pabrik baru mereka di Cergy, yang diresmikan April lalu belum mampu sepenuhnya mengatasi kemacetan rantai pasok, terutama di segmen jet bisnis Falcon yang menyumbang sepertiga pendapatan perusahaan.

Baca Juga: Beda Jauh, Ini Perbandingan Anggaran Perang Pakistan dengan India

Dengan target pengiriman 25 Rafale dan 40 Falcon pada 2025, beban kerja Dassault makin berat. Para analis menilai bahwa kemampuan Dassault memenuhi target tersebut di tengah ketegangan geopolitik akan menjadi penentu arah saham perusahaan dalam beberapa bulan mendatang. "Kontraktor pertahanan tidak hanya bertarung di pasar, tetapi juga di medan perang persepsi publik," kata Muharremi.

(nng)

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |