loading...
Pakar menilai, rencana MSCI menggunakan data KSEI sebagai acuan tambahan dalam menentukan porsi saham publik menunjukkan bahwa struktur free float Indonesia perlu pembenahan. Foto/Dok
JAKARTA - Wacana perubahan metodologi perhitungan free float oleh Morgan Stanley Capital International (MSCI) kembali menyoroti lemahnya tata kelola dan transparansi struktur kepemilikan saham di pasar modal Indonesia.Pakar menilai, rencana MSCI menggunakan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai acuan tambahan dalam menentukan porsi saham publik menunjukkan bahwa struktur free float Indonesia memang perlu pembenahan mendasar.
Bursa Efek Indonesia (BEI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dinilai perlu segera melakukan penataan agar persepsi global terhadap pasar modal nasional tidak semakin negatif.Senior Market Analyst PT Mirae Asset Sekuritas, Nafan Aji Gusta menjelaskan, bahwa pengkajian ulang cara menghitung free float (saham yang beredar dan dapat diperdagangkan publik) bagi perusahaan-perusahaan Indonesia yang masuk dalam indeks MSCI menjadi salah satu faktor pelemahan IHSG.
“Mereka tengah melakukan konsultasi terhadap metode perhitungan free float untuk menyamakan persepsi antara otoritas pasar Indonesia dan MSCI,” kata Nafan Aji Gusta.
Baca Juga: Purbaya Sambangi BEI, Bentuk Tim Kerja Bahas Isu Pasar Modal
Menurutnya, langkah MSCI tersebut tidak semata soal teknis metodologi, tetapi mencerminkan masih adanya anomali yang dibiarkan bertahun-tahun. “Selama ini banyak emiten besar di Indonesia memiliki struktur kepemilikan yang rumit dan tertutup. Free float yang tercatat sering kali tidak mencerminkan realitas likuiditas di pasar karena sebagian besar saham masih dipegang entitas korporasi,” ujarnya.















































