Menekraf Percaya FSAI Jadi Wadah Promosi Budaya Indonesia-Australia

5 hours ago 26

loading...

Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya percaya bahwa Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2025 bisa menjadi promosi budaya Indonesia-Australia. Foto/Istimewa

JAKARTA - Menteri Ekonomi Kreatif (Menekraf) Teuku Riefky Harsya percaya bahwa Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2025 bisa menjadi promosi budaya Indonesia-Australia. Dia meyakini subsektor perfilman sebagai salah satu cara yang efektif untuk memajukan ekonomi kreatif nasional.

Dia berpendapat bahwa film bukan sekadar tontonan menghibur tapi juga bisa membuka prospek bagi anak muda bekerja di balik layar sekaligus menjadi ruang kolaborasi antarnegara. Hal itu ditunjukkannya melalui kehadirannya dalam media launch Festival Sinema Australia Indonesia (FSAI) 2025.

Agenda tahunan yang diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Australia di Indonesia sejak 2016 itu akan menampilkan film-film terbaik Australia ke Indonesia. "Kami optimistis bahwa FSAI dapat menjadi katalisator bagi peningkatan kerja sama ekonomi kreatif antara Indonesia dan Australia serta mempromosikan warisan budaya dan kreatif kedua negara," ujar Teuku Riefky dalam acara yang berlangsung di CGV Pacific Place, Jakarta pada Jumat, 9 Mei 2025.

Menekraf Percaya FSAI Jadi Wadah Promosi Budaya Indonesia-Australia

Baca juga: Menekraf Riefky Ingin Jatim Bangun Kolaborasi Jadi Bisa Tingkatkan Ekraf

Menekraf Percaya FSAI Jadi Wadah Promosi Budaya Indonesia-Australia

Untuk merayakan 10 tahun FSAI tahun ini akan digelar di 10 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Mataram, Bandung, Surabaya, Manado, Makassar, Padang, Denpasar, Yogyakarta, dan Semarang mulai dari 15 Mei 2025 hingga 14 Juni 2025. Riefky turut mengamini bahwa FSAI telah menjadi agenda penting bagi Indonesia dan Australia dalam menunjukkan komitmen bersama untuk memajukan ekonomi kreatif sebagai sektor strategis bagi pembangunan nasional yang menjadi the new engine of growth.

Merujuk data dari Cinepoint, disebutkan jumlah penonton film Indonesia tahun 2024 mencapai 82 juta lebih di mana 21 film Indonesia di tahun tersebut tembus lebih dari 1 juta penonton. Sedangkan untuk tahun 2025, masih berdasarkan Cinepoint per 9 Mei 2025, jumlah penonton film Indonesia sudah mencapai 33,9 juta lebih atau 41 persen dari total jumlah penonton Indonesia tahun lalu.

Dengan geliat yang begitu menjanjikan tersebut, Riefky percaya FSAI sangat relevan sebagai salah satu upaya mempromosikan subsektor film yang menjadi prioritas ekonomi kreatif. Terlebih, lanjut dia, industri perfilman Indonesia tengah menunjukkan momentum pertumbuhan yang semakin baik.

"Ini menunjukkan bahwa ada ruang yang luas dan menjanjikan bagi kolaborasi antara industri perfilman Indonesia dan Australia, seperti melalui koproduksi film, pertukaran sineas, dan distribusi film di kedua negara," ucapnya didampingi Deputi Bidang Kreativitas Media Agustini Rahayu.

Di sisi lain FSAI 2025 juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa film, pembuat film baru, dan masyarakat umum untuk belajar dari para pembuat film dan akademisi Australia, serta alumni Australia di sesi masterclass. Riefky pun berharap langkah itu menjadi strategis sebagai wadah memperkuat ekosistem perfilman dan meningkatkan kesadaran global tentang keunikan budaya dan kreativitas Indonesia.

Sementara itu, Duta Besar Australia untuk Indonesia Roderick Brazier menyebut momentum 1 dekade FSAI membuka ruang kolaborasi yang besar bagi Australia dan Indonesia untuk meningkatkan kerja sama dalam bidang perfilman. Duta Besar Roderick Brazier menekankan kerja sama itu tidak hanya soal produksi film tetapi juga dalam meningkatkan reputasi dan pengaruh kedua negara di kancah internasional.

"Dengan kerja sama yang lebih erat, kami percaya bahwa industri film Australia dan Indonesia dapat menjadi contoh bagi industri kreatif lainnya dalam memperkuat hubungan bilateral antara kedua negara," kata Duta Besar Roderick Brazier.

(rca)

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |