Memahami Pendekatan Luar Negeri Prabowo: Refleksi Lawatan ke LN

5 hours ago 31

loading...

Kamil Ghiffary, Dosen Hubungan Internasional FISIP UPN Veteran Jakarta. Foto/Dok. SindoNews

Kamil Ghiffary
Dosen Hubungan Internasional
FISIP UPN Veteran Jakarta

PRESIDEN Prabowo Subianto telah kembali ke Tanah Air setelah menyelesaikan runtutan kegiatan kunjungan luar negerinya. Lawatan yang berlangsung selama 15 hari ini dipenuhi dengan kunjungan diplomatis, kehadiran simbolis, hingga pertemuan strategis bilateral maupun multilateral. Dari lawatan ini terdapat beberapa hal yang bisa kita cermati, khususnya dalam bagaimana kita dapat memahami pendekatan dan orientasi Indonesia pada urusan luar negerinya.

Sebagai titik tolak awal, kita bisa berbicara tentang tercapainya kesepakatan dengan Arab Saudi untuk mendirikan Kampung Haji secara permanen di dekat Masjidil Haram. Dengan lokasi yang hanya berjarak 400 meter dari pusat peribadatan umat muslim, kesepakatan ini kencang akan pesan tentang itikad baik Arab Saudi kepada Indonesia. Ibaratnya, Indonesia diakui sebagai subjek yang penting untuk difasilitasi kebutuhan dan kepentingan masyarakatnya.

Publik Indonesia pun seakan mendapat sedikit ruang untuk menghela napas; terkhusus atas kencangnya isu kuota Haji yang semakin dibatasi dan aturan yang semakin diperketat. Publik Indonesia sendiri patut untuk jadi subjek dari kesepakatan Indonesia-Arab Saudi karena kita adalah negara dengan penyumbang jemaah haji terbesar di dunia.

Eropa dan Interdependensi Global
Selepas dari Timur Tengah, perhatian Prabowo beralih ke Prancis dalam menghadiri Hari Besar Nasional Republik Perancis (Bastille Day), yang kemudian sekaligus bersua ke lembaga supranasional Uni Eropa untuk membahas lebih lanjut mengenai IEU-CEPA. Dalam pertemuan ini, Prabowo beserta Ursula von der Leyen sama-sama menyepakati mengenai dihapusnya tarif bea masuk untuk 1 hingga 2 tahun ke depan.

Kesepakatan ini merupakan hal yang sangat bersejarah bagi Indonesia. Apalagi jika mengingat bahwa ASEAN masih pada titik temu yang buram dengan Uni Eropa dalam narasi penghapusan tarif dagang antara dua organisasi intra regional tersebut.

Kunjungan Prabowo serta tercapainya kesepakatan ini dengan Uni Eropa dapat kita pahami sebagai upaya mawas diri Indonesia dalam memahami bahwa apa yang terjadi di Asia Tenggara khususnya di Indonesia pasti akan memiliki klausul dampak sebab akibat dengan aktor-aktor internasional yang ada di Eropa. Kunjungan itu dapat mencegah hal-hal yang dapat mengganggu kestabilan ekonomi Indonesia untuk terjadi kembali.

Kondisi interdependensi dunia yang kompleks mewajibkan kita untuk sensitif atas rantai sebab-akibat geopolitik global. Sebagai contoh, kita sudah sangat jenuh untuk kembali mengingat polemik domestik yang muncul dari produk Crude Palm Oil (CPO) yang disebabkan oleh kebijakan EU Renewable Energy Directive II pada proses supply chain produksi CPO itu sendiri. Hal ini menyebabkan gangguan pada ketersediaan minyak kelapa di Indonesia, sehingga mengganggu industri UMKM lokal dengan dampak yang sangat berat pada segi ekonomi masyarakat.

Sebagai pelengkap di atas lawatan-lawatan luar negeri ini, singgahan Presiden ke luar negeri diakhiri dengan fiksasi kesepakatan tarif dagang lebih lanjut dengan Amerika Serikat. Apabila disederhanakan, Prabowo dan Trump menyepakati mengenai dua hal berikut.

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |