Legislator Partai Perindo Arnol Aholai Door to Door Serap Curhatan Masyarakat Parigi Moutong

11 hours ago 23

loading...

Arnol Aholai, anggota legislatif Partai Perindo menjalani Reses Masa Sidang Kedua Tahun 2024–2025 di Desa Matolele, Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pekan lalu. Foto: SINDOnews

PARIGI MOUTONG - Jalan penghubung Desa Binangga dan Matolele yang sudah puluhan tahun menopang mobilitas warga kini banyak lubang dan berdebu. Ratusan warga yang sehari-hari melewati jalan itu menyampaikan harapan besar kepada Arnol Aholai.

Arnol merupakan anggota legislatif Partai Perindo yang juga dikenal sebagai Partai Kita tengah menjalani Reses Masa Sidang Kedua Tahun 2024–2025 di Desa Matolele, Kecamatan Parigi Tengah, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, pekan lalu.

“Sudah puluhan tahun jalan ini berfungsi, namun penanganannya tak kunjung serius. Saya mengapresiasi kesediaan Kadis PUPRP untuk melihat kondisi nyata di lapangan. Harapannya, pembangunan jalan ini segera mendapat prioritas,” ujar Arnol yang duduk di Komisi 4 DPRD Parigi Moutong, Jumat (2/5/2025).

Tak datang sendiri, Ketua DPD Partai Perindo Parigi Moutong ini mengundang Kepala Dinas Pekerjaan Umum, Perumahan Rakyat dan Pertanahan (PUPRP) dan Camat Parigi Tengah untuk meninjau langsung titik-titik kerusakan. Dia ingin bukti visual menggantikan tumpukan laporan.

Reses di Desa Matolele tak hanya membahas infrastruktur. Di sela diskusi, kelompok tani menyuarakan harapan mereka terkait alat dan mesin pertanian, bibit unggul dan pupuk bersubsidi. Semua demi sawah yang lebih produktif dan kebun yang kembali berdaya.

Dari sudut lain ruangan, perwakilan ibu-ibu rumah tangga angkat suara. Mereka mengharapkan bantuan modal usaha, pelatihan kewirausahaan, hingga perlengkapan untuk memulai usaha rumahan. Harapannya, UMKM lokal bisa tumbuh dan dapur tetap ngebul.

Namun, satu langkah Arnol yang paling mencuri perhatian adalah ketika dia turun langsung ke rumah-rumah warga. Lansia yang tak sempat datang dan penyandang disabilitas yang sulit bergerak ditemuinya satu per satu.

“Pendekatan langsung seperti ini membuka sudut pandang baru tentang kebutuhan riil masyarakat,” tutur alumnus SMA Negeri 1 Ampibabo Parigi Moutong dan Universitas Tadulako Kota Palu ini.

Bagi pria kelahiran 10 April 1984 ini, reses bukan sekadar kewajiban sebagai wakil rakyat. Tapi, tentang mendengar dan memperjuangkan aspirasi yang disuarakan masyarakat di Dapilnya.

“Aspirasi tak boleh berhenti di meja laporan, harus segera terwujud di lapangan. Kami berkomitmen agar setiap suara masyarakat dapat diperjuangkan dan tidak berhenti sebatas catatan saja,” katanya.

(jon)

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |