Ibas Soroti Isu AI dan Perubahan Iklim di Universiti Malaya

11 hours ago 24

loading...

Wakil Ketua MPR dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) di Universiti Malaya. Foto/Istimewa

MALAYSIA - Wakil Ketua MPR dari Partai Demokrat Edhie Baskoro Yudhoyono ( Ibas ) menyoroti dua tantangan besar masa depan dunia ketika menjadi Guest Lecture di Universiti Malaya dengan Topik “Navigating a Changing World: ASEAN’s Path to Stability and Prosperity”, di Auditorium Faculty of Business & Economics, Rabu (30/4/2025). Dua isu yang disorotinya adalah kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dan perubahan iklim yang meskipun tampak berbeda, namun sama-sama membutuhkan kesiapan dan kolaborasi.

Ibas menekankan pentingnya adaptasi terhadap transformasi teknologi tanpa mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan Asia Tenggara, serta menyerukan kerja sama internasional untuk pemanfaatan AI yang etis. Di sisi lain, Ibas menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan tidak boleh dipisahkan, dengan mendorong ekonomi hijau sebagai solusi masa depan yang menciptakan lapangan kerja, menjaga ekosistem, dan memperkuat solidaritas kawasan ASEAN dalam menghadapi krisis iklim lintas batas.

“Ada tantangan besar yang akan membentuk hidup kita, yaitu kecerdasan buatan (AI) dan perubahan iklim. Mungkin tampak sangat berbeda, yang satu tentang teknologi, yang lain tentang lingkungan, tapi keduanya sangat besar dan mengharuskan kita untuk bersiap,” kata Ibas dalam pemaparannya.

“Mari kita mulai dengan kecerdasan buatan. AI dapat melakukan hal menakjubkan, mereka bisa lebih pintar dari manusia, mereka bisa lebih cepat daripada apa pun, tapi itu juga membawa kekhawatiran bagi kita. Banyak orang bertanya, apakah robot akan mengambil alih pekerjaan kita?” sambungnya.

Wakil Ketua Umum Partai Demokrat ini pun menyampaikan bahwa realitanya, sejumlah pekerjaan akan berubah bentuk, beberapa bahkan menghilang. Oleh karena itu, masyarakat harus siap menghadapi transformasi ini dengan keterampilan baru dan kesiapan beradaptasi. “Itu berarti kita harus siap, kita harus siap beradaptasi. Selain itu, kita juga harus memanfaatkan kekuatan budaya kita,” kata Ketua Fraksi Partai Ddemokrat DPR ini.

“Kita memiliki apa yang disebut nilai, identitas, nilai komunitas, dan tentu empati khas Asia Tenggara yang tidak dapat dimiliki oleh robot dan AI. Jadi, kita dapat merancang dan menggunakan kebutuhan AI dengan cara yang mengutamakan manusia,” kata Dr. Edhie Baskoro yang juga alumni S3 IPB University ini.

Ibas kemudian menekankan perlunya kerja sama internasional untuk menangani risiko AI. Tidak ada satu negara pun yang dapat mengelola dampak AI sendirian karena teknologi melintasi batas negara. “ASEAN dapat bekerja sama menetapkan pedoman, etika teknologi untuk penggunaan AI yang etis. Dengan bersikap kooperatif dan kreatif, kita dapat mengubah AI menjadi peluang, bukan ancaman,” tegasnya.

Di hadapan mahasiswa Universiti Malaya, dia kemudian melanjutkan pemaparannya membahas tentang perubahan iklim. “Dapatkah kita membangun negara kita tanpa merusak planet kita? Saya yakin, ya, kita bisa dan harus melakukannya!” kata Ibas.

Ibas kemudian menegaskan bahwa solusi memperbaiki isu perubahan iklim dan kerusakan bukan menunda demi pertumbuhan ekonomi, karena keduanya bisa dan harus berjalan beriringan.

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |