loading...
Presiden AS Donald Trump sebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai diktator. Foto/X @ZelenskyyUa
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sebagai diktator.
Komentar keras Trump itu telah memperlebar keretakan pribadinya dengan Zelensky dengan implikasi besar bagi upaya untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang dimulai tiga tahun lalu.
Amerika Serikat telah menyediakan dana dan persenjataan untuk Ukraina, tetapi dalam perubahan kebijakan yang tiba-tiba sejak berkuasa, Trump telah membuka perundiangan damai dengan Moskow.
"Seorang diktator tanpa pemilihan umum, Zelensky sebaiknya bergerak cepat atau dia tidak akan memiliki negara yang tersisa," tulis Trump di platform Truth Social miliknya tentang pemimpin Ukraina, yang masa jabatan lima tahunnya berakhir tahun lalu, sebagaimana dikutip AFP, Kamis (20/2/2025).
Hukum Ukraina tidak mensyaratkan pemilihan umum selama masa perang.
Pada hari Selasa, Trump mengadakan konferensi pers di mana dia mengkritik Zelensky, mengulangi beberapa narasi Kremlin tentang perang tersebut dan menyerukan diakhirinya perang.
Zelensky pada gilirannya menuduh Trump menyerah pada "disinformasi" Rusia, termasuk Trump yang menyalahkan Kyiv karena telah memulai perang dan menggemakan pertanyaan Kremlin atas legitimasi Zelensky.
"Dia menolak untuk mengadakan pemilihan umum, sangat rendah dalam jajak pendapat Ukraina, dan satu-satunya hal yang dia kuasai adalah mempermainkan (Joe) Biden 'seperti biola'," kata Trump dalam postingnya tentang Zelensky.
"Sementara itu, kami berhasil menegosiasikan akhir perang dengan Rusia, sesuatu yang semua orang akui hanya dapat dilakukan oleh 'Trump' dan pemerintahan Trump," lanjut postingan Trump.
Zelensky terpilih sebagai presiden Ukraina pada tahun 2019 untuk masa jabatan lima tahun, tetapi tetap menjadi pemimpin di bawah darurat militer yang diberlakukan setelah invasi Rusia.
Popularitasnya telah terkikis, tetapi persentase orang Ukraina yang mempercayainya tidak pernah turun di bawah 50 persen sejak perang dimulai, menurut Institut Sosiologi Internasional Kyiv (KIIS).
(mas)