loading...
Pelemahan daya beli properti dapat tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang trennya terus melambat. IHPR pada kuartal II/2025 tumbuh hanya 0,9 persen secara tahunan. Foto/Dok
JAKARTA - Pelemahan daya beli masyarakat dinilai masih menjadi hambatan sektor properti hingga kuartal III tahun 2025. Analis Panin Sekuritas, Aqil Triyadi menerangkan, kebijakan fiskal pemerintah, dan moneter bank sentral dinilai dapat mendorong pertumbuhan marketing sales properti di sisa tahun ini.
Dalam riset Panin Sekuritas bertajuk 'Property: Stabilizing the Ground', terdapat masalah struktural pada pasar tenaga kerja dan rasio kemampuan konsumen dalam membeli rumah. Baca Juga: PPN DTP dan Relaksasi SLIK Bangkitkan Optimisme Pasar Properti
"Pelemahan daya beli properti dapat tercermin dari Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) yang trennya terus melambat. IHPR pada kuartal II/2025 tumbuh hanya 0,9 persen secara tahunan, turun dari 1,76 persen pada kuartal II/2024," kata Aqil.
Ia menjelaskan, penurunan daya beli juga disebabkan oleh terbatasnya penciptaan lapangan kerja baru. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat hanya sekitar 824 ribu lapangan kerja tercipta pada 2024, sementara penambahan angkatan kerja mencapai 3-4 juta orang per tahun.
Kondisi ini dinilai membuat kompetisi kerja semakin ketat dan berimbas pada lemahnya kemampuan membeli rumah. "Padahal rata-rata penambahan angkatan kerja 3-4 juta orang per tahun," jelasnya.
Dari sisi kualitas pekerjaan, proporsi pekerja penuh waktu di Indonesia menurun menjadi 66,19% per Februari 2025, sementara pekerja setengah menganggur meningkat menjadi 25,81%.















































