5 Persamaan Jokowi dengan Dedi Mulyadi, dari Pemanfaatan Media Sosial hingga Angkat Kearifan Lokal

19 hours ago 26

loading...

Persamaan mantan Presiden Jokowi dengan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi menjadi pembahasan menarik saat ini. Dengan dikenalnya Dedi Mulyadi di kalangan masyarakat karena konten media sosial membuatnya kerap disamakan dengan Jokowi. Foto: Dok SINDOnews

JAKARTA - Persamaan mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjadi pembahasan menarik saat ini. Terlebih Kang Dedi Mulyadi (KDM) menarik perhatian melalui berbagai konten di media sosial.

Dengan dikenalnya Dedi Mulyadi di kalangan masyarakat karena konten media sosial membuatnya kerap disamakan dengan Jokowi. Bahkan, sosok pria 54 tahun itu dijuluki The Next Jokowi.

Baca juga: Dedi Mulyadi The Next Jokowi? Parpol Harus Hadirkan Pemimpin yang Bisa Beri Solusi

Pengamat Politik sekaligus Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando Emas menilai fenomena tersebut wajar lantaran keduanya memang memiliki sejumlah kesamaan. Berikut ini beberapa persamaan Jokowi dengan Dedi Mulyadi.

5 Persamaan Jokowi dengan Dedi Mulyadi

1. Pemanfaatan Media Sosial

Jokowi dikenal sebagai pemimpin adaptif terhadap perkembangan zaman, termasuk dalam hal pemanfaatan media sosial. Sejak menjabat Gubernur DKI Jakarta hingga menjadi Presiden, dia kerap menggunakan platform seperti YouTube, Instagram, dan Twitter untuk menyampaikan program-program pemerintah serta menjalin komunikasi dua arah dengan masyarakat.

Dedi Mulyadi juga menggunakan media sosial, terutama YouTube dan Facebook untuk menampilkan interaksinya dengan masyarakat, terutama warga di pedesaan. Dia sering mengunggah video saat membagikan bantuan, bercengkerama dengan warga, hingga meninjau kondisi lapangan.

2. Tampil Sederhana

Ciri khas Jokowi yang paling mudah dikenali adalah gaya berpakaian sederhananya yakni kemeja putih, celana hitam, dan sepatu sneakers. Dia jarang tampil formal berlebihan dan lebih memilih tampil apa adanya di berbagai kesempatan, termasuk acara kenegaraan. Penampilan ini menjadi simbol kedekatannya dengan rakyat biasa dan jauh dari kesan elite.

Dedi Mulyadi juga menonjolkan kesederhanaan, bahkan sering tampil dengan iket Sunda (ikat kepala khas Sunda) dan pakaian tradisional. Dia menyatu dengan masyarakat bukan hanya secara simbolik, tapi juga dalam cara berpakaian dan gaya hidup. Gaya sederhana KDM menjadi ciri khasnya dan menegaskan identitas budaya lokal yang dia angkat di tengah panggung politik nasional.

3. Cara Pendekatan dengan Rakyat

Jokowi populer dengan pendekatan blusukan yaitu turun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi rakyat tanpa formalitas berlebihan. Strategi ini dinilai efektif dalam memahami kebutuhan masyarakat secara nyata dan menciptakan hubungan emosional kuat.

Hal yang sama juga dilakukan Dedi Mulyadi. Dia sering terlihat menyapa warga, mendengarkan keluhan, bahkan ikut terlibat dalam aktivitas sosial di desa-desa. Pendekatan personal seperti ini membuatnya dicintai terutama oleh masyarakat pedesaan.

4. Karier Politik Awal

Jokowi mengawali karier politiknya sebagai Wali Kota Surakarta (Solo) pada 2005. Kepemimpinannya di Solo menjadi batu loncatan penting karena dari situlah dia dikenal sebagai pemimpin reformis dan efektif yang akhirnya membawanya ke jabatan Gubernur Jakarta kemudian Presiden.

Sama seperti Jokowi, Dedi Mulyadi memulai karier politiknya di tingkat lokal sebagai Wakil Bupati Purwakarta lalu naik menjadi Bupati Purwakarta. Kepemimpinannya di Purwakarta dipuji karena inovatif, terutama dalam penguatan budaya lokal dan pengembangan infrastruktur.

5. Mengangkat Kearifan Lokal

Satu lagi persamaan yang menonjol adalah bagaimana keduanya membawa nilai-nilai budaya lokal dalam kepemimpinan mereka. Jokowi kerap menampilkan sisi budaya dalam keputusan atau sikap politiknya, termasuk dalam pidato dan filosofi seperti "nguwongke uwong" (memanusiakan manusia) serta menghormati adat lokal dalam berbagai agenda nasional.

Dedi Mulyadi sangat kental dengan nilai-nilai budaya Sunda. Dia konsisten mengangkat kearifan lokal melalui cara berpakaian, simbol-simbol tradisi, hingga berbagai program pembangunan yang mempertahankan identitas kebudayaan. Baginya, budaya bukan hanya warisan, tetapi alat transformasi sosial.

(jon)

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |