Kisah Mantan KSAD Jenderal Dudung yang Ditempeleng Mayor Gaga-gara Koran Jatuh

5 hours ago 18

loading...

Mantan KSAD Jenderal TNI (Purn) Dudung Abdurachman tumbuh di tengah keluarga tidak mampu. Ia terpaksa bekerja untuk membantu ekonomi keluarga termasuk menjadi loper koran. FOTO/DOK.TNI MIL

HIDUPJenderal (Purn) Dudung Abdurachman penuh perjuangan dan pengorbanan. Sebelum mencapai pangkat Jenderal bintang empat dan menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat ( KSAD ), Dudung tumbuh di tengah keterbatasan. Dari keluarga tidak mampu, ia sudah terbiasa bekerja keras sejak kecil untuk membantu keluarganya, menjadikannya sosok yang penuh tekad dan dedikasi dalam mencapai cita-cita.

Dudung lahir dalam keluarga sederhana dan harus menghadapi kenyataan pahit ketika ayahnya meninggal saat ia masih duduk di kelas 2 SMP. Mengutip podcast YouTube dari TNI AD berjudul "Mengenal Sosok KSAD Jenderal TNI Dudung Abdurachman" pada Senin (16/9/2024), ia juga merupakan keturunan dari Sunan Gunung Jati. Setelah kepergian sang ayah, ibunya menjadi kepala keluarga dan harus menghidupi delapan anak. Untuk membantu sang ibu, Dudung ikut berjualan kue dan kerupuk serta mencari kayu bakar, karena keluarga mereka masih menggunakan tungku untuk memasak.

Tak hanya itu, Dudung juga bekerja sebagai loper koran, mengambil dan membaca koran setiap pagi sebelum mengantarkannya ke pelanggan. Suatu hari, ia pernah dipukul oleh seorang mayor tentara karena koran yang dibawanya jatuh dan menjadi kotor, namun ia tetap tidak menyerah dengan kondisi tersebut.

Di luar pekerjaan loper koran, Dudung juga membantu ibunya menjual kue ke berbagai tempat, termasuk ke kantin Kodam Siliwangi. Namun, suatu insiden tak menyenangkan terjadi saat seorang tamtama menendang kue klepon yang ia bawa hingga berserakan, yang kemudian menjadi motivasi bagi Dudung untuk bercita-cita menjadi tentara yang berintegritas.

Pada tahun 1985, setelah lulus dari SMA Negeri 9 Bandung, ia diterima di Akademi Militer (Akmil) dan lulus tiga tahun kemudian dengan pangkat Letnan Dua (Letda). Kariernya di TNI terus berkembang dengan berbagai posisi strategis seperti Dandim 0406 Musi Rawas, Dandim 0418 Palembang, dan Aspers Kasdam VII/Wirabuana.

Pada 2018, Dudung dipromosikan menjadi Gubernur Akmil dan kariernya semakin cemerlang ketika ia ditunjuk sebagai Pangdam Jaya pada tahun 2020. Di bawah kepemimpinannya, Dudung juga dipercaya untuk menjadi Pangkostrad. Akhirnya, pada 2021, Presiden Jokowi memilih Dudung untuk menggantikan Jenderal Andika Perkasa sebagai Kasad, menjadikan Dudung sebagai jenderal bintang empat. Selain perjalanan kariernya di dalam negeri, Dudung juga memiliki pengalaman penting di luar negeri.

Setelah lulus dari Akmil pada 1988, Dudung ditugaskan ke Dili, Timor Timur, sebagai Komandan Peleton (Danton) di Batalyon Infanteri 744-SYB yang berada di bawah Kodam IX/Udayana. Dalam tugasnya, Dudung memimpin tim khusus bernama 'Ataka' dan 'Casador' yang bertugas mencari anggota Gerakan Pengacau Keamanan (GPK).

Dudung yang saat itu masih berusia 24 tahun diberikan tanggung jawab besar oleh komandannya, Kapten Edison, yang memilihnya untuk memimpin tim khusus tersebut, meskipun saat itu ia masih dianggap remaja dan baru dalam dunia militer. Keputusan ini diambil berdasarkan penilaian terhadap kekuatan fisik Dudung, meskipun saat itu prestasinya belum terlihat jelas.

Karier Dudung di Yonif 744-SYB berlangsung hingga tahun 1994, dengan jabatan terakhir sebagai Komandan Peleton 1 Kompi B. Dari awal karirnya hingga kini, Dudung telah membuktikan bahwa semangat dan kerja keras dapat membawa seseorang dari keadaan yang sulit menjadi salah satu pemimpin tertinggi di militer.

Kini, mantan loper koran yang pernah ditempeleng dan ditendang tamtama itu berdiri tegak dan mengakhiri karier militer sebagai KSAD. Dia merupakan seorang jenderal bintang empat yang tegas dan dihormati di TNI.

(abd)

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |