Eks Pejabat Mossad Ungkap Netanyahu akan Dipaksa Terima Gencatan Senjata Tahap Kedua

1 week ago 33

loading...

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Foto/anadolu

TEL AVIV - Seorang mantan kepala unit Penyanderaan dan Orang Hilang dalam Aksi Mossad, Rami Igra, menggambarkan usulan Israel untuk pertukaran tahanan dengan Hamas sebagai "usulan tersulit yang pernah diajukan" kepada gerakan perlawanan, "yang tidak akan menerimanya."

Igra menyampaikan komentarnya kepada Radio 103 FM pada hari Rabu (16/4/2025).

"Pertanyaan terbesar, dan mungkin dari situ kita akan memahami posisi kita, adalah mengapa Negara Israel mengajukan usulan ini, yang jelas tidak akan diterima oleh siapa pun," ujar mantan pejabat senior Mossad tersebut.

Dia menjelaskan, "Mereka memasukkan isu perlucutan senjata di dalamnya, serta hari setelahnya, sementara jelas Hamas telah berupaya sejak awal untuk bertahan hidup dan tidak akan menyetujuinya."

Ia menambahkan, “Israel mengajukan usulan ini karena Netanyahu tahu bahwa waktunya hampir habis, bukan untuk tentara yang ditangkap, tetapi untuknya. Trump dengan jelas mengatakan, selama konferensi pers di mana Netanyahu dibiarkan begitu saja, bahwa perang harus berakhir, dan akan segera berakhir."

Igra menegaskan, penting untuk mempertimbangkan bahwa Trump akan segera melakukan perjalanan ke Arab Saudi, yang mengusulkan investasi senilai USD1,3 triliun di AS, dan Saudi menuntut solusi untuk pembentukan negara Palestina guna menormalisasi hubungan dengan Israel.

“Mengingat semua keadaan ini, jelas bagi Netanyahu bahwa sebagaimana mereka memaksanya untuk melaksanakan tahap pertama (dari gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan), mereka akan memaksanya untuk melaksanakan tahap kedua, yang akan mencakup solusi Mesir, yang menetapkan aturan komite administratif di Gaza. Kita telah kalah dalam pertempuran ini, dan kita tidak punya pilihan,” papar dia.

Dia menjelaskan, “Masalah ini bergerak cepat ke Iran, dan di sana Netanyahu melontarkan frasa seperti ‘membubarkan seperti di Libya’ sementara Amerika tidak mendengarkan. Kita harus menyadari bahwa Netanyahu membawa kita ke sini tanpa alternatif selain aturan Hamas. Dia membuang-buang waktu satu setengah tahun karena dia takut dengan solusi ini karena mitra politiknya.”

Amerika, menurut dia, adalah orang-orang yang memutuskan. “Trump sibuk dengan ratusan hal di berbagai bidang, dan pada akhirnya ia ingin memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian dan mencapai normalisasi hubungan dengan Arab Saudi. Netanyahu ingin tetap berkuasa, dan itu akan sulit baginya. Ia harus menyetujui tahap kedua. Pikirkan tentang bagaimana ia meninggalkan Hongaria dalam perjalanannya ke Trump, dan bagaimana ia meninggalkan tempat itu seperti anak kecil yang dipukuli oleh Trump,” ujar dia.

(sya)

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |