Dukungan Indonesia dan Jalan Panjang Timor Leste Menuju ASEAN

3 hours ago 30

loading...

Wahyuni Refi Setya Bekti, Peneliti dan Praktisi Diplomasi Budaya Indonesia-Timor Leste. Foto/Dok.Pribadi

Wahyuni Refi Setya Bekti
Peneliti dan Praktisi Diplomasi Budaya Indonesia-Timor Leste

MINGGU, 26 Oktober 2025 penantian panjang Timor Leste untuk memperoleh status keanggotaan penuh di ASEAN tercapai pada forum KTT ke-47 Kuala Lumpur. Sebelumnya, kabar itu terkonfirmasi oleh pernyataan PM Malaysia, Anwar Ibrahim dalam kunjungan resminya ke Dili Selasa (23/9/2025) lalu.

"Keanggotaan Timor Leste di ASEAN akan sangat bermanfaat bagi kita semua,” jelas Anwar dalam konferensi pers setelah pertemuan dengan Presiden Timor Leste, Jose Ramos Horta. "Kami akan mengadakan perayaan besar untuk masuknya Timor Leste ke ASEAN pada Oktober 2025,” tambahnya dikutip dari laman dw Senin, (1/10/2025).

Bahkan dalam kelakar Sharon Seah, peneliti senior ISEAS-Yusof Ishak Institute-Singapura, untuk Timor Leste "lebih mudah masuk surga daripada masuk ASEAN. Bagaimana tidak, Timor-Leste telah mengajukan permohonan keanggotaan sejak 2011, sembilan tahun setelah kemerdekaannya dengan harapan bahwa bergabung dengan organisasi regional kawasan dapat menopang kedaulatan ekonomi dan politik, sebagai negara baru.

Dari awal mula Indonesia tidak ragu-ragu menegaskan dukungan terhadap permohonan keanggotaan Timor Leste. Namun, tidak demikian dengan Singapura dan beberapa negara anggota ASEAN lainnya, yang memandang Timor Leste belum memenuhi prasyarat untuk bergabung.

Setelah KTT ASEAN April 2013, Sekretaris Jenderal ASEAN Le Luong Minh mengungkapkan dalam eufemismenya bahwa negara-negara anggota sebenarnya mendukung, hanya saja Timor Leste dinilai belum siap. Oleh karenanya perlu dilakukan evaluasi hingga semua syarat dan ketentuan terpenuhi.

November 2013, Timor Leste bahkan dinyatakan tidak akan siap bergabung, karena belum memiliki kedutaan di 10 negara anggota ASEAN. Dan manakala syarat 10 kedubes tersebut terpenuhi pada tahun 2015, tahun berikutnya muncul hasil studi kelayakan yang menyimpulkan bahwa Timor Leste kekurangan akan Sumber Daya Manusia (SDM) untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya.

Menurut data Bank Dunia, Timor Leste masih berada dalam kategori negara dengan ekonomi berpendapatan rendah. Negara kecil yang terletak di bagian timur Pulau Timor, benua Asia bagian tenggara itu menempati peringkat ke-133 dalam Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index), terdapat 20% pengangguran, dan 59% dari keseluruhan populasinya hidup dengan pendapatan per hari kurang dari US$ 1,25. Sementara di sektor pendidikan, hampir separuh jumlah penduduk Timor Leste (1.413.958 jiwa, estimasi 2021) masih buta huruf.

Beberapa hasil studi tersebut menjadi hambatan baru bagi Timor Leste dalam jalan panjangnya memperoleh pengakuan sebagai anggota termuda ASEAN. Atas dasar itu pula, Singapura khawatir keanggotaan Timor Leste justru akan menjadi beban keuangan negara itu dan menghambat kemajuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Secara ekonomi, PDB Timor Leste waktu itu hanya sekitar USD1.442 miliar, jauh di bawah Singapura, Filipina, Malaysia, dan Indonesia.

Sikap Singapura diikuti oleh Myanmar, Malaysia, Laos, Brunei, Vietnam. Keenam negara anggota ASEAN itu masih sulit untuk membuka jalan bagi keanggotaan Timor Leste. Mereka khawatir, dengan masuknya Timor Leste justru akan menguras keterbatasan sumber daya ASEAN hanya untuk membantu kesenjangan ekonomi Timor Leste.

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |