Apakah Arab Saudi Juga akan Diserang Israel?

3 hours ago 20

loading...

Pemandangan di kota Riyadh, Arab Saudi. Foto/wikipedia

RIYADH - Pertanyaan apakah Arab Saudi akan diserang oleh Israel pada dasarnya menggabungkan dua ranah. Pertama, fakta militer atau diplomatik yang bisa dianalisis (jarak, kapabilitas, aliansi). Kedua, unsur politik atau strategis yang sangat bergantung pada keputusan pengambil kebijakan, respons internasional, serta dinamika konflik yang sedang berlangsung.

Sejak 2023–2025 kawasan Timur Tengah mengalami eskalasi yang membuat batas antara operasi teritorial, serangan lintas-batas, dan operasi rahasia semakin kabur, termasuk serangan Israel yang melampaui zona konflik tradisional, misalnya serangan di Doha tahun ini.

Karena itu jawaban tentang “apakah Saudi akan diserang” harus dilihat sebagai penilaian probabilistik yang menimbang motif, kemampuan, risiko eskalasi, dan kendala strategis yang dihadapi aktor-aktor terkait.

1. Motif dan Tujuan Strategis Israel

Israel melakukan operasi luar-negaranya dengan tujuan pencegahan (melemahkan kemampuan musuh), eliminasi tokoh yang dianggap ancaman, atau menghancurkan jalur pasokan senjata lawan.

Sepanjang 2025 terlihat pola operasi yang lebih berani dan jauh dari perbatasan tradisional, terutama ketika Israel menilai ada ancaman langsung dari jejaring yang didukung Iran.

Namun motif semacam itu tidak otomatis berarti Riyadh menjadi target: Arab Saudi bukan hanya negara yang diduga menjadi rumah bagi aktor non-negara anti-Israel, tetapi juga negara dengan kepentingan geopolitik besar dan hubungan (formal atau informal) yang kompleks dengan Amerika Serikat dan negara-negara Teluk lain.

Menyerang Saudi akan memerlukan justifikasi operasi yang sangat kuat dari perspektif Israel dan kemungkinan besar hanya terjadi jika ada ancaman yang sangat konkret dan segera terhadap keamanan inti Israel.

2. Kapabilitas Militer dan Logistik

Dari sisi murni teknis, Israel memiliki kemampuan intelijen, drone, rudal jelajah, dan pesawat-pesawat yang mampu menyerang target jarak jauh.

Namun menyerang fasilitas di jantung Saudi (misalnya Riyadh, instalasi minyak besar, atau pangkalan strategis) berbeda tingkatannya: itu akan menghadapkan penyerang pada sistem pertahanan udara modern, kemungkinan serangan balasan, serta konsekuensi ekonomi global (gangguan pasokan minyak).

Selain itu, Saudi telah memperkuat pertahanannya melalui pembelian sistem udara dan kerja sama militer, serta mendekatkan diri ke jaminan keamanan AS dan pasokan teknologi pertahanan.

Read Entire Article
Budaya | Peduli Lingkungan| | |